Mobil Tenaga Surya, Inovasi Baru Industri Otomotif Yang Perlu Dikembangkan Lebih Lanjut
Sejak
pertunjukan penemuan mobil bertenaga surya oleh William G. Cobb pada 31 Agustus
1955 tepatnya di sebuah pameran otomotif Generals Motor Powerama di Chicago, Amerika
Serikat, menjadi trending topic di dunia. Mobil tersebut sangat unik dengan
ukuran sekitar 15 inci, didesain dengan menggunakan 12 panel surya, mampu
menghasilkan kecepatan 2000 rpm (rotasi per menit) serta mampu berlari pada 1,5
volt.
Kemudian
di tahun 1962, perkembangan mobil tenaga surya mulai bisa dinaiki manusia.
Dengan menggunakan 10.640 panel surya terpasang di bagian atapnya untuk
menggerakkan mobil tersebut. Akan tetapi pergerakan perkembangan mobil ini
masih snagat lambat. Karena masyarakat dari berbagai belahan dunia, belum
sepenuhnya menerima karena dinilai tidak efisien.
Pada
era 1990-an, penemuan Cobb dilanjutkan oleh sekelompok mahasiswa yang merancang
kembali dan mengembangkanmobil panel surya. Karena dilihat dari segi
manfaatnya, mobil tersebut merupakan mobil ramah lingkungan serta bisa
menghemat penggunaan bahan bakar fosil yang sewaktu-waktu bisa habis.
Seiring
berjalannya waktu dengan perkembangan teknologi industry otomotif, perusahaan
ternama di Jepang, Toyota mulai menciptakan kendaraan hybrid yang menggunakan
bahan bakar listrik sekaligus bensin. Mobil ini pun bisa di cas dengan listrik
dari atap yang menggunakan panel surya yang terpasang di atap rumah.
Di
tahun 2014, mobil tenaga surya dikembangkan oleh Ford dan diberi nama C-Max
Solar Energy Concpt. Mobil terbaru ini dilengkapi dengan panel surya dibagian
atapnya serta lensa franel sebagai kaca pembesar, agar energy matahari
terkumpul dengan lebih efisien.
Begitu
pula dengan Indonesia, mahasiswa ITS (Institut Sepuluh November Surabaya) juga
memperkenalkan mobil bertenaga surya untuk yang pertaman kalinya di Indonesia
pada tahun 1989. Mobil surya yang diberi nama “Widya Wahana 1” ini mampu melaju
dnegan kecepatan 50-55 km/jam, dapat menempuh jarak sejauh 70 kilometer.
Tidak
berhenti disitu, Widya Wahana semakin berkembang. Di tahun 2018 lalu, suara.com
memberitakan bahwa Widya Wahana 5 telah mampu menempuh jarak sampai pulau Bali,
dalam uji coba De Java Bali Agustus 2018 lalu.
Semakin
jauh perkembangan mobil tenaga surya ini, semakin banyak masyarakat yang mulai
berinovasi menggunakan mobil tenaga surya sebagai pengganti mobil berbahan
bakar fosil. Hal itu dikarenakan mereka sadar tentang global warming yang semakin gawat. Sehingga dibutuhkan penghematan
bahan bakar fosil agar tidak terlalu banyak pengerukan di bumi Indonesia serta
menjaga lingkungan tetap lestari.
Dari
inovasi industri otomotif mobil tenaga surya, dapat disimpulkan bahwa mobil
tenaga surya merupakan mobil yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan
bahan bakar, sebagai penggantinya, menggunakan cahaya matahari, sumber energy
yang melimpah dan tidak akan pernah habis. Selain itu, mobil tenaga surya tidak
menimbulkan polusi udara yang merusak lingkungan serta suaranya yang senyap.
Tapi
dibalik kelebihannya, ada pula kekurangan yang perlu dikembangkan lebih lanjut,
yaitu biaya pengembangannya yang mahal, apalagi bila terjadi kerusakan di
beberapa komponen mobil, biayanya pun sangat mahal dan tidak bisa diperbaiki di
sembarang tempat. Waktu pengisian batere yang relativ lama sehingga tidak
efisien, jarak tempuh yang pendek dengan laju yang lambat dibanding mobil bahan
bakar fosil. Untuk daerah subtropis dan daerah dingin, mobil ini memerlukan
teknik khusus penggunaanya, karena kurangnya cahaya matahari di daerah tersebut.
Inovasi
industry otomotif mobil tenaga surya ini memang sangat baik berada di
tengah-tengah pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Bahkan sangat
disayangkan bila pengembangan industry mobil tenaga surya dihentikan hanya
karena kekurangan. Kustru pengembangan dari mobil ini dibutuhkan, agar
masyarakat luas bisa menerima keberadaan mobil ramah lingkungan ini serta
memberi kesadaran, bahwa lingkungan perlu diperbaharui.
0 Comments: