Mobil Tenaga Surya, Inovasi Baru Industri Otomotif Yang Perlu Dikembangkan Lebih Lanjut

Desember 10, 2019 Lail Mukarromah 0 Comments


Sejak pertunjukan penemuan mobil bertenaga surya oleh William G. Cobb pada 31 Agustus 1955 tepatnya di sebuah pameran otomotif Generals Motor Powerama di Chicago, Amerika Serikat, menjadi trending topic di dunia. Mobil tersebut sangat unik dengan ukuran sekitar 15 inci, didesain dengan menggunakan 12 panel surya, mampu menghasilkan kecepatan 2000 rpm (rotasi per menit) serta mampu berlari pada 1,5 volt.
Kemudian di tahun 1962, perkembangan mobil tenaga surya mulai bisa dinaiki manusia. Dengan menggunakan 10.640 panel surya terpasang di bagian atapnya untuk menggerakkan mobil tersebut. Akan tetapi pergerakan perkembangan mobil ini masih snagat lambat. Karena masyarakat dari berbagai belahan dunia, belum sepenuhnya menerima karena dinilai tidak efisien.
Pada era 1990-an, penemuan Cobb dilanjutkan oleh sekelompok mahasiswa yang merancang kembali dan mengembangkanmobil panel surya. Karena dilihat dari segi manfaatnya, mobil tersebut merupakan mobil ramah lingkungan serta bisa menghemat penggunaan bahan bakar fosil yang sewaktu-waktu bisa habis.
Seiring berjalannya waktu dengan perkembangan teknologi industry otomotif, perusahaan ternama di Jepang, Toyota mulai menciptakan kendaraan hybrid yang menggunakan bahan bakar listrik sekaligus bensin. Mobil ini pun bisa di cas dengan listrik dari atap yang menggunakan panel surya yang terpasang di atap rumah.
Di tahun 2014, mobil tenaga surya dikembangkan oleh Ford dan diberi nama C-Max Solar Energy Concpt. Mobil terbaru ini dilengkapi dengan panel surya dibagian atapnya serta lensa franel sebagai kaca pembesar, agar energy matahari terkumpul dengan lebih efisien.
Begitu pula dengan Indonesia, mahasiswa ITS (Institut Sepuluh November Surabaya) juga memperkenalkan mobil bertenaga surya untuk yang pertaman kalinya di Indonesia pada tahun 1989. Mobil surya yang diberi nama “Widya Wahana 1” ini mampu melaju dnegan kecepatan 50-55 km/jam, dapat menempuh jarak sejauh 70 kilometer.
Tidak berhenti disitu, Widya Wahana semakin berkembang. Di tahun 2018 lalu, suara.com memberitakan bahwa Widya Wahana 5 telah mampu menempuh jarak sampai pulau Bali, dalam uji coba De Java Bali Agustus 2018 lalu.
Semakin jauh perkembangan mobil tenaga surya ini, semakin banyak masyarakat yang mulai berinovasi menggunakan mobil tenaga surya sebagai pengganti mobil berbahan bakar fosil. Hal itu dikarenakan mereka sadar tentang global warming yang semakin gawat. Sehingga dibutuhkan penghematan bahan bakar fosil agar tidak terlalu banyak pengerukan di bumi Indonesia serta menjaga lingkungan tetap lestari.
Dari inovasi industri otomotif mobil tenaga surya, dapat disimpulkan bahwa mobil tenaga surya merupakan mobil yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar, sebagai penggantinya, menggunakan cahaya matahari, sumber energy yang melimpah dan tidak akan pernah habis. Selain itu, mobil tenaga surya tidak menimbulkan polusi udara yang merusak lingkungan serta suaranya yang senyap.
Tapi dibalik kelebihannya, ada pula kekurangan yang perlu dikembangkan lebih lanjut, yaitu biaya pengembangannya yang mahal, apalagi bila terjadi kerusakan di beberapa komponen mobil, biayanya pun sangat mahal dan tidak bisa diperbaiki di sembarang tempat. Waktu pengisian batere yang relativ lama sehingga tidak efisien, jarak tempuh yang pendek dengan laju yang lambat dibanding mobil bahan bakar fosil. Untuk daerah subtropis dan daerah dingin, mobil ini memerlukan teknik khusus penggunaanya, karena kurangnya cahaya matahari di daerah tersebut.
Inovasi industry otomotif mobil tenaga surya ini memang sangat baik berada di tengah-tengah pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Bahkan sangat disayangkan bila pengembangan industry mobil tenaga surya dihentikan hanya karena kekurangan. Kustru pengembangan dari mobil ini dibutuhkan, agar masyarakat luas bisa menerima keberadaan mobil ramah lingkungan ini serta memberi kesadaran, bahwa lingkungan perlu diperbaharui.

You Might Also Like

0 Comments: